<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/4579844532224965818?origin\x3dhttp://justthewaynanat.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
R.A.T.N.A;
Muse
Specs
Way Out
Credits
+ follow Dashboard
It’s me, Your Secret Admirer
Senin, 01 Juli 201303.40


“ … memilih jadi pengagum rahasiamu adalah caraku untuk tetap bisa mencintaimu dari sini. Dari dalam hatiku saja … “


            Aku lupa sudah berapa lama aku mengnalmu. Belum lama. Aku bahkan lupa bagaimana cara kita berkenalan dulu, tiada saling jabat tangan atau saling sapa. Hanya saja aku mulai bisa menghafal namamu setelah beberapa waktu kau tersenyum padaku. Konyol. Payah.
            Aku tidak pernah menyadari ntah sejak kapan rasa ini hadir. Saat senyum ini merekah ketika kau menampakkan diri, saat mata ini tak lepas memandangimu dan … katika jantung ini sibuk berpacu dengan pikiran saat tangan kita tidak sengaja bertautan satu sama lain. Hihi, Bodoh? Memang. Aku juga tidak pernah tau sejak kapan aku menyukai semua yang ada pada dirimu. Senyummu, selalu nampak manis. Matamu, aku selalu menyukai binarnya. Caramu tertawa – aku bahkan tidak pernah sadar senyumku merekah setiap melihatnya. Warna kesukaanmu – yang mulai ku sukai juga. Musik yang selalu kau dengarkan, hal-hal yang selalu kau lakukan saat bersama teman-teman, makanan favoritmu, aroma tubuhmu,  keinginan terbesarmu, semuanya ku ingat.
Aku selalu menyukai percakapan kita. Kata-kata sederhana namun terasa istimewa. Kadang aku lebih memilih berada di belakangmu, dari sana aku bisa melihatmu sepuasnya. Perhatianmu tak jarang membuatku salah tingkah. Memalukan? Memang. Kau boleh menganggapku bisu untuk lebih memilih diam tanpa ada suatu ungkpan. Bukan bukan, kau salah, aku hanya BELUM mengungkapkannya – itupun jika aku memiliki cukup keberanian. Aku akan menunggu waktu yang tepat, ntah itu hari ini, esok, 10 tahun lagi atau saat nafasku tlah terhenti. Kalaupun aku tak sempat mengatakannya, sepertinya waktu akan dengan senang hati melakukannya untukku.
Namun … setelah aku pikirkan, aku merasa sangat berdosa memiliki rasa ini. Apalagi jika sampai mengungkapkannya. Tapi di sisi lain aku juga tak sanggup mengingkarinya. Karena itu, memilih jadi pengagum rahasiamu adalah caraku untuk tetap bisa mencintaimu dari sini. Dari dalam hatiku saja. Membiarkanmu tidak mengetahuinya lebih baik. Aku kira inilah satu-satunya yang dapat aku lakukan.
Tanpa mengingkari pertemanan kita, tanpa menghapus perasaanku juga. :’)